Di tengah kompleksitas ekonomi global yang terus berubah, kemampuan untuk mengelola uang secara bijak telah menjadi keterampilan hidup yang paling fundamental. Menanamkan Literasi Finansial pada anak-anak sejak usia dini bukan lagi pilihan, melainkan investasi pengetahuan krusial yang akan membentuk generasi yang mandiri dan bertanggung jawab secara ekonomi di masa depan. Pendidikan ini mencakup konsep dasar seperti menabung, berbelanja secara cerdas, memahami utang, dan mengenali risiko investasi. Dengan mempersenjatai anak-anak dengan pemahaman mendalam tentang siklus uang, kita membantu mereka membangun fondasi yang kokoh untuk mengambil keputusan keuangan yang sehat, jauh sebelum mereka menghadapi tantangan finansial di dunia kerja.
Langkah pertama dalam menanamkan Literasi Finansial adalah dengan memperkenalkan konsep anggaran melalui praktik sehari-hari. Orang tua dapat menggunakan sistem uang saku yang dibagi menjadi tiga pos: menabung, beramal, dan dibelanjakan. Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Lembaga Edukasi Keuangan Keluarga di Bandung pada Juli 2024 menemukan bahwa anak-anak yang diperkenalkan dengan model pembagian anggaran ini sejak usia 7 tahun menunjukkan peningkatan 60% dalam kemampuan menunda kepuasan (menabung) dibandingkan kelompok kontrol. Studi ini menegaskan bahwa praktik nyata lebih efektif daripada teori semata.
Penting juga untuk mengajarkan tentang bahaya utang yang tidak sehat dan praktik pinjaman online ilegal, yang kini menjadi ancaman nyata bagi kaum muda. Setelah maraknya kasus penipuan pinjaman online yang dilaporkan ke pihak berwajib—kasus yang ditindaklanjuti oleh Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat, Kompol Rahmat S., dan diumumkan pada Rabu, 12 Maret 2025—edukasi tentang risiko ini harus menjadi bagian integral dari Literasi Finansial keluarga. Orang tua perlu menjelaskan bahwa utang harus digunakan secara produktif, bukan konsumtif, dan mencontohkan manajemen kredit yang sehat.
Selain menabung dan menghindari utang, pengenalan konsep investasi juga perlu dimulai. Ini tidak berarti langsung melibatkan anak dalam pasar modal, melainkan mengajarkan tentang nilai waktu uang dan imbal hasil melalui metafora sederhana. Misalnya, menunjukkan bagaimana uang yang disimpan di rekening tabungan berbunga (sekalipun kecil) tumbuh seiring waktu. Dengan demikian, ketika mereka beranjak dewasa, mereka sudah memiliki bekal pengetahuan untuk mengambil langkah investasi yang lebih serius. Upaya terpadu antara orang tua, sekolah, dan inisiatif pemerintah memastikan bahwa Literasi Finansial menjadi mata pelajaran yang diprioritaskan, membentuk generasi yang siap menghadapi masa depan dengan keyakinan ekonomi.