Memupuk akar budaya di kalangan generasi milenial adalah tantangan sekaligus keharusan di tengah gempuran modernisasi dan informasi global. Generasi ini, yang tumbuh di era digital, seringkali lebih akrab dengan budaya populer asing daripada kekayaan tradisi lokal mereka. Untuk mencegah lunturnya warisan leluhur, strategi efektif perlu dirancang agar milenial tidak hanya mengenal, tetapi juga mencintai dan melestarikan budayanya sendiri. Upaya memupuk akar budaya ini menjadi investasi jangka panjang dalam menjaga identitas bangsa. Pada hari Kamis, 19 September 2024, dalam sebuah simposium kebudayaan di Jakarta, seorang sosiolog budaya menekankan bahwa pendekatan kreatif sangat dibutuhkan untuk menarik minat generasi muda.
Salah satu strategi dalam memupuk akar budaya adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dalam pendidikan formal dan informal. Sekolah dapat memasukkan cerita rakyat, kesenian tradisional, atau permainan daerah sebagai bagian dari kurikulum atau kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan informal melalui keluarga dan komunitas juga sangat penting, di mana orang tua dan sesepuh berperan sebagai role model dan pencerita. Misalnya, di Sekolah Dasar Negeri Melati, sejak tahun ajaran 2024/2025, setiap Jumat pagi diadakan sesi “Dongeng Nusantara” yang membacakan cerita rakyat dari berbagai daerah, diikuti dengan diskusi tentang nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, memperkenalkan tradisi melalui medium yang relevan dengan generasi milenial juga krusial. Pemanfaatan media sosial, platform video, podcast, dan event yang dikemas secara modern dapat menarik perhatian mereka. Kolaborasi dengan influencer atau content creator yang memiliki jangkauan luas juga bisa menjadi cara efektif untuk mempromosikan budaya lokal. Sebuah festival budaya yang diselenggarakan secara virtual pada 10 November 2024, berhasil menarik jutaan penonton dari seluruh Indonesia, menunjukkan potensi besar digitalisasi dalam menyebarkan konten budaya.
Terakhir, mendorong partisipasi aktif generasi milenial dalam melestarikan budaya. Mereka tidak hanya sebagai penonton, tetapi juga sebagai pelaku, pengelola, atau inovator budaya. Mengajak mereka untuk belajar tari tradisional, memainkan alat musik daerah, atau bahkan menciptakan kreasi baru yang terinspirasi dari budaya lokal, akan menumbuhkan rasa kepemilikan dan kebanggaan. Dengan demikian, memupuk akar budaya pada generasi milenial adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan kreativitas, kolaborasi, dan pemahaman terhadap karakteristik generasi ini, memastikan warisan budaya terus hidup dan relevan di masa depan.